Salah satu upaya untuk mencegah
longsoran tebing sungai adalah dengan memasang pelindung tebing sungai (revetment). Beberapa jenis revetment
terkadang menyebabkan terputusnya koneksi antara ekosistem darat dan ekosistem
sungai, sehingga dapat mengganggu kesinambungan ekosistem riparian di sekitar revetment.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dikembangan pelindung tebing sungai
modular dan lolos air yang dinamakan Interlocking Permeable Revetment (IPR). IPR
adalah teknologi pelindung tebing yang dapat berfungsi memberikan stabilitas tebing
sungai sekaligus tetap menjaga kelestarian ekosistem di daerah riparian. Pengembangan
revetment diuji coba di Sungai Jelok, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Desain prototipe telah didukung dengan analisis hidraulik, morfologi, dan
stabilitas geoteknik melalui pemodelan numerik dan fisik. Hasil analisa desain
menunjukkan dengan adanya krib pola aliran bisa diarahkan lebih ke tengah,
sehingga kecepatan aliran yang menghantam ke tebing juga mengalami penurunan
dan dapat meminimalisir terjadinya gerusan pada kaki tebing. Hasil analisa juga
menunjukkan pelindung tebing IPR sudah cukup stabil dengan nilai faktor
keamanan (FK) ≥ 1,25 pada semua kondisi pembebanan. Dari hasil pemantauan
diketahui bahwa IPR sudah berhasil menjaga ekosistem riparian. Berdasarkan
perhitungan analisis kualitas peraian didapatkan rata-rata skor yang diperoleh
pada ketiga titik pengambilan sampel sebesar 1 dan setelah pembangunan IPR
terjadi kenaikan skor menjadi 1.25. Famili yang ditemukan sering berubah dalam
merespon gangguan lingkungan, seperti penurunan keberagaman, siklus hidup
spesies lebih pendek, dan penurunan jumlah spesies yang dominan. Hal ini antara
lain disebabkan karena pencemaran oleh materi organik atau logam berat (Li Li
et al, 2010). IPR juga memberikan nilai tambah estetika dengan tampilan
tumbuhan pada bangunan serta bunga warna-warni.